Aryna Sabalenka, petenis Belarusia yang menduduki peringkat teratas dunia, kembali menjadi sorotan utama dalam dunia tenis. Ia telah mencapai final French Open 2025, sebuah pencapaian signifikan yang menandai evolusi permainannya di lapangan tanah liat. Saat artikel ini ditulis pada 7 Juni 2025, Sabalenka akan bertarung memperebutkan gelar juara Grand Slam tanah liat pertamanya melawan rival beratnya, Coco Gauff, dalam sebuah final yang sangat dinantikan di Court Philippe-Chatrier.
Perjalanan Sabalenka menuju final Roland Garros tahun ini sungguh mengesankan. Ia berhasil menyingkirkan juara bertahan tiga kali, Iga Swiatek, dalam pertandingan semifinal yang sengit dengan skor 7-6(1), 4-6, 6-0. Kemenangan tersebut tidak hanya menghentikan rekor 26 kemenangan beruntun Swiatek di Roland Garros, tetapi juga menegaskan bahwa Sabalenka kini menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan di setiap permukaan lapangan. Sebelumnya, ia juga menunjukkan performa dominan dengan mengalahkan Zheng Qinwen, Amanda Anisimova, Olga Danilović, Jil Teichmann, dan K. Rakhimova di babak-babak sebelumnya.
Dominasi Musim 2025 dan Perbaikan di Lapangan Tanah Liat
Musim 2025 telah menjadi tahun yang luar biasa bagi Sabalenka. Ia memulai tahun ini dengan meraih gelar di Brisbane, Miami, dan juga sukses memenangkan Madrid Open pada Mei lalu, yang menunjukkan adaptasi luar biasa di lapangan tanah liat. Konsistensinya terlihat dari fakta bahwa ia telah mencapai final di tujuh turnamen sepanjang tahun ini, menjadikannya peraih gelar terbanyak (3), finalis terbanyak (7), pemimpin perolehan hadiah uang, dan pemimpin poin di WTA Tour 2025.
Perkembangan Sabalenka di lapangan tanah liat patut diacungi jempol. Dulu dikenal sebagai spesialis lapangan keras dengan tiga gelar Grand Slam (Australian Open 2023, 2024, dan US Open 2024), ia kini telah membuktikan bahwa ia juga bisa berjaya di permukaan yang lebih lambat. Para pelatihnya pun mengakui peningkatan kepercayaan diri dan strateginya di tanah liat. "Dia punya keyakinan bahwa 'tanah liat bukan untuk saya.' Tapi mengapa tidak?" ujar salah satu pelatihnya, Anton Dubrov, menunjukkan bagaimana mentalitasnya telah berubah.
Rivalitas Sengit dengan Coco Gauff
Pertandingan final melawan Coco Gauff tidak hanya menjadi perebutan gelar, tetapi juga kelanjutan dari rivalitas sengit yang telah terbangun antara kedua petenis papan atas ini. Rekor head-to-head mereka saat ini adalah 5-5. Sabalenka berhasil mengalahkan Gauff di final Madrid Open bulan lalu, namun Gauff juga pernah mengalahkannya di final US Open 2023 untuk meraih gelar Grand Slam pertamanya. Ini akan menjadi pertemuan Grand Slam ketiga mereka, menjanjikan duel yang penuh drama dan intensitas.
Kehidupan Pribadi dan Dukungan Baru
Di luar lapangan, Aryna Sabalenka juga menghadapi tantangan pribadi yang signifikan. Setelah meninggalnya mantan pasangannya, Konstantin Koltsov, pada Maret 2024, Sabalenka mengungkapkan bahwa ia seharusnya mengambil jeda dari tenis untuk memulihkan diri. Namun, ia kini dikabarkan telah menemukan kebahagiaan baru dalam hubungannya dengan Georgios Frangulis, yang memberinya dukungan di tengah jadwal turnamen yang padat.
Dengan segala pencapaian dan tantangan yang dihadapinya, Aryna Sabalenka terus menunjukkan ketahanan dan determinasi. Final French Open 2025 menjadi bukti nyata dari kemampuannya untuk beradaptasi, berjuang, dan meraih puncak tertinggi dalam olahraga tenis. Dunia tenis akan menantikan apakah ia mampu menambahkan trofi Roland Garros ke dalam koleksi Grand Slam-nya yang semakin mengesankan.